Sekadar renungan


Bila Allah cepat makbulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu,

Bila DIA Lambat Makbulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu,

Bila DIA Tidak Makbulkan Doamu, Maka Dia Merancang Sesuatu Yang lebih Baik Untukmu.

Oleh itu, Sentiasalah Bersangka Baik Pada ALLAH Dalam Apa Jua Keadaan Pun... Kerana Kasih sayang ALLAH Itu Mendahului KemurkaanNya.

********************************************************

Saat itu, hadir syaitan yang terkuat, sementara si hamba dalam kondisi paling lemah. Siapakah yang selamat?


Ya Allah, jadikanlah amal terbaik kami sebagai penutup amal kami. Jadikanlah umur terbaik kami sebagai akhirnya. Dan jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari kami menjumpai-Mu
.


Sabda Nabi s.a.w ;"...dan sesungguhnya waktu yang paling syaitan dengan manusia adalah disaat kematian (nazak) ","(Riwayat Abu Na'im)" didalam sepotong ayat Mursyal , Nabi s.a.w bersabda dengan membawa maksud ," Saat paling hampir musuh Allah (syaitan) itu dengan manusia ialah dikala terbit rohnya".

ZIKIR HARIAN

HARI AHAD: Ya Hayyu Ya Qayyum ( 1000 X )
HARI ISNIN: La haula wala quwwata illa billa hil 'aliyyil 'a ziim ( 1000 X )
HARI SELASA: Allahumma salli 'ala 'abdika warasulika wanabiyyikal amiina wa'ala alihi wasahbihi wasallim ( 1000 X )
HARI RABU: Astagh firullahal 'a ziim ( 1000 X )
HARI KHAMIS: Subhanallahii 'a ziim , Subhanallahi wabihamdihi ( 1000 X )
HARI JUMAAT: Ya Allah ( 1000 X )
HARI SABTU: La ilaha illallah ( 1000 X )

Sedikit Ilmu untuk dikongsi bersama...



Imam Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ tukadzdzibân’, ia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

Bacaan Surah

.

Followers

Blog ini mengandungi Maklumat dan Koleksi ibadah untuk diri saya . Sekiranya ia baik , kita kongsi bersama , sekiranya ianya tidak baik , elakkanlah. Saya hanya insan biasa yang mencari ilmu selagi hayat dikandung badan...

.

Monday, May 17, 2010

Dengan Sedekah , Hidup Lebih Berkah

Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati



Kabsyah al-Anmary berkata: "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: "Ada tiga hal di mana aku bersumpah di dalamnya; pertama, harta seorang hamba tidak akan pernah berkurang lantaran gemar bersedekah. Kedua, tidak ada seorang hamba pun yang sabar ketika dianiaya oleh orang lain, melainkan Allah akan menambahkan kemuliaan kepadanya. Ketiga, tidak ada seorang hamba pun yang membuat kericuhan dan onar, melainkan Allah akan membukakan pintu kefakiran kepadanya" (HR. Ahmad).






Subhanallah, Rasulullah saw sampai bersumpah ketika berbicara masalah sedekah. Secara tidak langsung, hadits di atas menegaskan, wahai ummat manusia siapapun anda, dari mana pun anda, di mana pun anda, ketahuilah bahwa harta seseorang tidak akan pernah berkurang lantaran sedekah. Mungkinkah Rasulullah saw menyalahi sumpahnya? Tentu tidak.


Dalam surat al-An'am ayat 160, Allah berfirman: "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya". Dan sedekah merupakan amal yang baik. Oleh karena itu, mereka yang bersedekah le. 100, maka minimal Allah akan membalasnya dengan le 1000. Mereka yang bersedekah USD 50, Allah akan menggantikannya dengan USD 500. Semakin besar sedekah yang dikeluarkan, semakin besar pula balasan dari Allah yang akan diperolehnya. Ingat sekali lagi, semua itu adalah janji Allah dan RasulNya, dan tentu Allah dan RasulNya tidak akan menyalahi janjinya.


Suatu hari Fatimah az-Zahra, sangat menginginkan buah delima. Ali bin Abi Thalib segera berangkat ke pasar mencari buah delima dimaksud. Mengingat uang yang dimilikinya saat itu sangat terbatas, Ali hanya dapat membelikannya satu buah saja. Di tengah jalan, datang seorang sangat miskin yang menginginkan buah delima. Ali lalu memberikan setengahnya. Sampai di rumah, Ali menceritakan kepada Fatimah mengapa buah delima yang dibawanya tinggal setengah.


Selang beberapa lama, terdengar seseorang mengetuk pintu. Begitu dibuka, ternyata Salman al-Farisy berdiri di depan pintu membawa sembilan buah delima.


Rasulullah saw mengutus Salman untuk memberikan sepuluh buah delima, hanya Salman menyembunyikan satu buah, sehingga yang dibawa hanya sembilan buah saja. Salman lalu berkata: "Ini ada buah delima dari Rasulullah saw untuk Fatimah". Ali lalu berkata: "Kalau ini benar dari Rasulullah saw jumlahnya pasti sepuluh buah bukan sembilan".


Mendengar itu, Salman kaget lalu berkata: "Bagaimana kamu tahu wahai Ali?". Ali menjawab: "Karena saya ingat firman Allah yang berbunyi: ""Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya".


Bukan hanya akan dilipatgandakan balasannya, orang yang rajin bersedekah juga akan dihindarkan dari segala macam bencana dan malapetaka. Rasulullah saw bersabda: "Obatilah orang-orang sakit kalian dengan sedekah" (HR. Ahmad).


Al-Alamah al-Yafi' dalam bukunya at-Targhib wat Tarhib menuturkan sebuah kisah, pada masa Nabi Shaleh as, hiduplah seorang laki-laki tukang tato yang suka merusak pakaian orang-orang. Sekelompok orang lalu menemui Nabi Shaleh dan berkata: "Wahai Nabiyallah, doakan si tukang tato itu agar ditimpa musibah, karena dia suka merusak baju-baju kami". Nabi Shaleh lalu berdoa agar tukang tato itu tidak dapat pulang dengan selamat.


Namun, sore harinya, Nabi Shaleh kaget, ketika melihat tukang tato itu pulang membawa bundelan dengan selamat padahal dalam bundelannya itu ada seekor ular ganas berbisa. Nabi Shaleh lalu bertanya: "Apa yang kamu lakukan tadi pagi ketika berangkat?". Tukang tato itu menjawab: "Saya pergi membawa dua buah roti, lalu salah satu roti saya sedekahkan, dan yang satunya lagi saya makan". Nabi Shaleh lalu berkata: "Benar, Allah telah menyelamatkan kamu dari bahaya dan malapetaka ular yang sembunyi di dalam buntelan kamu itu lantaran sedekah yang kamu keluarkan. Pergi dan bertaubatlah kepada Allah". Tukang tato itu pun bertaubat dan tidak melakukan perbuatan jahatnya lagi.


Sungguh luar biasa keajaiban sedekah. Saking luar biasanya, Ibnu Qayyim dalam bukunya Zadul Ma'ad mengatakan: "Dalam sedekah itu terdapat banyak hal luar biasa, termasuk dapat menolak beragam bencana dan malapetaka, sekalipun yang sedekah tersebut orang durhaka, banyak berbuat aniaya atau orang kafir. Allah akan menolak segala macam bencana dan malapetaka. Hal ini sudah menjadi rahasia umum, semua orang sudah mengetahuinya baik orang awam ataupun yang berpendidikan, karena seluruh penduduk bumi telah mengakui kehebatan sedekah ini sekaligus telah mencoba dan mengalaminya".


Mengingat banyak manfaat dari sedekah ini, pengarang kitab Tanbihul Ghafilin, Imam Samarqandy mengatakan: "Biasakan diri anda untuk terus bersedekah, baik dalam jumlah kecil maupun besar. Karena, dalam sedekah itu ada sepuluh manfaat; lima akan diberikan di dunia, dan lima lagi akan diberikan di akhirat kelak.


Adapun lima manfaat yang akan diberikan di dunia adalah: Dapat mensucikan harta, mensucikan badan dari perbuatan dosa, dapat menolak beragam bencana dan penyakit, memberikan kebahagiaan kepada orang miskin dan tidak ada perbuatan paling mulia selain memberikan kebahagiaan kepada sesama muslim, serta harta kekayaan akan lebih berkah, juga rizki akan lebih melimpah.


Adapun lima manfaat yang akan diperoleh kelak di akhirat adalah: sedekah akan menjadi pelindung dari teriknya sengatan matahari kelak, akan memperberat timbangan kebaikan, dapat membantu melewati shirat (jembatan akhirat), dapat menambah ketinggian derajat di surga kelak dan akan memperoleh ridha dari Allah.


Bahkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dan Hakim disebutkan: "Seseorang tidak dapat bersedekah, melainkan ia telah dapat melepaskan ikatan dan godaan tujuh puluh setan".


Mari kita budayakan gemar bersedekah dalam kondisi apapun, karena di antara ciri orang bertaqwa adalah orang yang tetap bersedekah baik ketika lapang maupun sempit, ketika suka maupun duka (QS. Ali Imran: 133, 134).


Jangan sampai penyesalan itu datang belakangan sebagaimana firman Allah: "Dan sedekahkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS. Al-Munafiqun: 10).



Tuesday, May 11, 2010

Bahagia dengan Husnul Khatimah , sengsara dengan Su'ul Khatimah



Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang shahih:

“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya.”
(HR. Bukhari dan selainnya)


Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang shalih sangat merisaukannya. Mereka melakukan amal shalih tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai meninggal. Mereka berusaha merealisasikan wasiat Allah Ta’ala:



“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri).” (QS.Ali Imran:102)

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam shahih-nya, dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash radhiallahu anhu, dia mengatakan:

“Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ‘Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan anak Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya,’ kemudian beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berdoa:’Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatan-Mu.’”

Itulah pentingnya keadaan hujung usia. Sementara itu, kondisi seseorang pada detik-detik terakhir kehidupan ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang berbuat baik di saat waktu dan usianya memungkinkan, maka insya Allah akhir hidupnya baik. Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu kejelekan yang akan menimpanya. Allah tidak akan pernah mendzaliminya, meskipun sedikit.

Mengingat pentingnya maslah ini dan keharusan memperhatikannya, maka dengan memohon kepada Allah, tulisan ini kami angkat untuk menjadi pengingat kita semua.

HUSNUL KHATIMAH

Husnul Khatimah adalah akhir yang baik. Yaitu seorang hamba, sebelum meninggal, ia di beri taufik untuk menjauhi semua yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah Ta’ala. Dia bertaubat dari dosa dan maksiat, serta semangat melakukan ketaatan dan perbuatan-perbuatan baik, hingga akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini. Dalil menunjukkan makna ini yaitu hadits shahih dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya, “bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab, “Allah akan memberikannya taufik untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.” (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi dan dishahihkan al Hakim dalam Mustadrak)

Husnul khatimah memiliki beberapa tanda, di antaranya ada yang diketahui oleh hamba yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui orang lain. Tanda husnul khatimah, yang hanya di ketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya khabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai anugerah-Nya. Allah Ta’ala berfirman:



“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):’Janganlah kamu merasa takut dan jenganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30)

Khabar gembira ini diberikan saat sakaratul maut, dalam kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur. Sebagai dalilnya, yaitu sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

“Barangsiapa yang suka bertemu Allah, maka Allah pun suka untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun benci untuk bertemu dengannya”. ‘Aisyah bertanya, “Wahai Nabi Allah! Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? kita semua benci kematian?” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab, “Bukan seperti itu. Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi khabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta Syurga-Nya, maka ia akan suka bertemu Allah. Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang adzab Allah dan kemurkaan-Nya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah dan Allah pun membenci bertemu dengannya.”

Mengenai makna hadits ini, al Imam al Khatthabi mengatakan: “Maksud dari kecintaan hamba untuk bertemu Allah, yaitu ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Kerananya, ia tidak senang tinggal terus menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna kebencian adalah sebaliknya.”

Imam Nawawi berkata, ”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah, saat sakaratul maut, saat taubat tidak diterima lagi. Ketika itu, semuanya diperlihatkan bagi yang sedang nazak (proses pengambilan nyawa), dan akan nampak baginya tempat kembalinya.”



TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH

Tanda-tanda husnul khatimah banyak yang telah disimpulkan oleh para ulama dengan penelitian terhadap nash-nash yang terkait. Di sini kami bawakan sebahagian tanda-tanda tersebut, di antaranya:

1. Mengucapkan kalimat syahadat saat akan meninggal.

Dalilnya adalah hadits riwayat al Hakim dan selainnya, bahwasanya Rasululah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang akhir ucapannya Laa ilaaha illallaah, maka ia masuk syurga.”

2. Meninggal dengan kening berkeringat.

Berdasarkan hadits riwayat Buraidah bin al Hashib radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Kematian seorang mukmin dengan keringat di kening.”

3. Meninggal pada malam Jum’at atau siangnya.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi)

4. Mati syahid di medan jihad di jalan Allah, atau mati saat menempuh perjalanan untuk peperangan di jalan Allah, mati karena tertimpa sakit tha’un (pes), atau mati karena tenggelam.

Dalilnya adalah hadits riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, bahwasanya beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Siapakah orang yang syahid menurut kalian?” Para sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid.” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dari umatku sedikit,” mereka bertanya,”Kalau begitu, siapa wahai Rasulullah?” Beliau SW menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati dijalan Allah, maka ia syahid. Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa yang mati karena sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang mati tenggelam adalah syahid.”

5. Mati karena tertimpa reruntuhan

Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:

“Orang yang mati syahid ada lima (yaitu): orang yang mati kerkena penyakit tha’un, sakit perut, orang tenggelam, orang yang terkena reruntuhan dan orang yang shahid di jalan Allah.”

6. Tanda husnul khatimah, yang khusus bagi wanita, ialah meninggal saat nifas, ataupun meninggal saat sedang hamil.

Dalilnya, hadits riwayat Imam Ahmad dan selainnya, dengan sanad yang shahih dari ‘Ubadah bin ash Shamit radhiallah anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyebutkan beberapa syhada’, diantaranya:

“Dan wanita yang dibunuh anaknya (kerana melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusatnya ke Syurga.”

7. Meninggal kerana terbakar dan radang selaput dada.

Sebagai dalilnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pernah menyebutkan macam-macam orang yang mati syahid, termasuk orang yang mati terbakar. Demikian pula orang yang meninggal lantaran menderita radang sselaput dada, yaitu bengkak yang meradang, nampak pada selaput yang ada di bagian dalam tulang-tulang rusuk. Adapun haditsnya diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya.

8. Di antara dalil yang menjelaskan jenis kematian syahid yang lain adalah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan an Nasaa-i dan selain keduanya, bahawa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela keluarganya, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh karena membela agamanya, maka ia syahid. Dan barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya, maka ia syahid.”

9. Meninggal kerana sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan) di jalan Allah Ta’ala.

Berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam behwa beliau bersabda:

“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rezeki baginya, dan ia terjaga dari fitnah.”

10. Meninggal dalam keadaan melakukan aml shalih.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa mengucapkan Laa ilaha illallah kerana mencari wajah (pahala) Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk syurga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri denganya, maka ia masuk syurga. Barangsiapa bershadaqah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk syurga.” (HR. Imam Ahmad dan selainnya)

Demikian beberapa tanda husnul khatimah yang telah disimpulkan darin berbagai nash. Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani mengingatkan hal itu di dalam kitab beliau, Ahkamul Janaiz. Akan tetapi, ketahuilah wahai saudara-saudaraku, bahwa terlihatnya salah satu di antara tanda-tanda itu pada satu jenazah, bukan berarti dia pasti menjadi penduduk Syurga. Namun diharapkan, itu sebagai petanda baik baginya. Sebagaimana jika tanda-tanda itu tidak ada pada satu jenazah, maka janganlah menyangka bahawa seseorang ini tidak baik. Semua ini merupakan masalah ghaib yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.



PENYEBAB HUSNUL KHATIMAH

1. Faktor terpenting, yaitu istiqamah melakukan ketaatan dan bertakwa kepada Allah. Intinya ialah merealisasikan tauhid. menjauhi hal-hal yang diharamkan, dan segera bertaubat dari perbuatan haram yang melumurinya. Tindakan yang paling diharamkan adalah syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil. Allah Ta’ala berfirman:


“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an Nisaa’:48)

2. Hendaknya berdo’a kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar diwafatkan dalam keadaan beriman dan bertakwa.

3. Hendaknya mengerahkan segala kemampuan dalam memperbaiki diri, secara lahir dan batinnya, niat dan maksudnya diarahkan untuk memperbaiki diri. Ketentuan Allah di alam ini telah berlaku. Allah memberikan taufik kepada orang yang mencari kebenaran. Allah akan mengukuhkannya di atas al haq serta menutup amalnya dengan al haq itu.

SU’UL KHATIMAH

Su’ul khatimah (akhir yang buruk) adalah meninggal dalam keadaan berpaling dari Allah, berada di atas murka-Nya serta meninggalkan kewajiban dari Allah. Tidak diragukan lagi, demikian ini akhir kehidupan yang menyedihkan, selalu dikhawatirkan oleh orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjauhkan kita darinya.

Terkadang nampak pada sebagian orang yang sedang sakaratul maut, tanda-tanda yang mengisyaratkan su’ul khatimah, seperti: menolak mengucapkan syahadah, justeru mengucapkan kata-kata jelek dan haram, serta menampakkan kecenderungan padanya dan lain sebagainya. Kami perlu menyebutkan begaimana contoh benar kejadian tersebut.

Kisah yang dibawakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya, al Jawaabul Kaafi, bahawa ada seseorang saat sakaratul maut, dia diingatkan, “Ucapkanlah Laa ilaha illallah.” Lalu orang itu menjawab: ”Apa gunanya bagiku, Aku pun tidak pernah mengerjakan shalat kerana Allah, meskipun sekali,” akhirnya ia pun tidak mengucapkannya.

Al Hafizh Rajab rahimahullah dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, menukil dari salah satu ulama, ’Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad, beliau berkata: “Aku menyaksikan seseorang, yang ketika hendak meninggal di talqin (diajari) Laa ilaha illallah. Akan tetapi, ia mengingkarinya pada akhir ucapannya.”

Kemudian Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bertanya kepadanya tentang orang ini. Ternyata ia seorang peminum arak. Selanjutnya Syaikh ‘Abdul Aziz berkata: “Takutlah kalian terhadap perbuatan dosa, kerana perbuatan dosa itu yang telah menjerumuskannya.”

Hal serupa juga diceritakan oleh al Hafizh adz Dzahabi rahimahullah, ada seorang yang bergaul dengan peminum arak, maka saat ajal akan tiba, dan ada seseorang yang datang untuk mengajarinya syahadah, ia malah mengatakan: ”Minumlah dan beri aku minum,” kemudian ia meninggal.

Al ‘Alamah Ibnul Qayyim rahimahullah bercerita mengenai seseorang yang diketahui gemar muzik dan mendendangkannya. Tatkala wafat menjemputnya, dia diingatkan, katakanlah : Laa ilaha illallah (tetapi) dia justeru mulai mengigau dengan lagu sampai kemudian mati tanpa mengucapkan kalimah tauhid.

Beliau rahimahullah juga berkata: ”Sebahagian pedagang mengkhabarkan kepadaku tentang kaum kerabatnya yang hampir meninggal, sementara mereka di sisinya. Mereka mentalkinkan Laa ilaha illallah, namun ia mengigau “Ini murah, ini barang bagus, ini begini dan begitu,” sampai ia meninggal dan tanpa bisa melafazhkan kalimah tauhid.”

Berikut ini kami bawakan keterangan Ibnul Qayyim rahimahullah. Komentar ini dibawakan setelah menyebutkan kisah-kisah di atas. Beliau rahimahullah berkata:

“Subhanallah, betapa banyak orang yang menyaksikan ini mendapatkan pelajaran? Apabila seorang hamba, pada saat sedar, kuat, serta memiliki kemampuan, dia bisa dikuasai syaitan, ditunggangi perbuatan maksiat yang diinginkannya, mampu membuat hatinya lalai dari mengingat Allah Ta’ala, menahan lisannya dari dzikir, dan (begitu pula) anggota badannya dari mentaati-Nya, lalu bagaimana kiranya ketika kekuatannya melemah, hati dan jiwanya kacau karena sakitnya nazak (tercabutnya nyawa) yang sedang dia alami? Sementera saat itu, syaitan mengerahkan seluruh kekuatan dan konsentrasinya, dan menghimpun semua kemampuannya untuk mencuri kesempatan. Sesungguhnya ini adalah klimaks. Saat itu, hadir syaitan yang terkuat, sementara si hamba dalam kondisi paling lemah. Siapakah yang selamat?

Pada kondisi ini:



“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim:27)

Maka, orang yang dilalaikan hatinya dari mengingat Allah, (selalu) memperturutkan nafsunya dan melampaui batas, bagaimana mungkin diberi petunjuk agar husnul khatimah? Orang yang hatinya jauh dari Allah Ta’ala, lalai dari-Nya, mengagungkan nafsunya, menyerahkan kepada syahwatnya, lisannya kering dari dzikir, serta anggota badannya terhalang dari ketaatan dan sibuk dengan maksiat, maka mustahil diberi petunjuk agar akhir kehidupannya baik (husnul khatimah).



SU’UL KHATIMAH MEMPUNYAI DUA TINGKATAN

1. Tingkatan terbesar dan terjelek.

Yaitu orang yang hatinya penuh dengan keraguan dan penentangan saat sakaratul maut, kemudian ia mati dalam keadaan seperti ini, Maka hal ini akan menjadi penghalang antara dia dan Allah.

2. Tingkatan yang lebih rendah.

Yaitu orang yang hatinya cenderung kepada urusan dunia atau keinginan syahwatnya, lalu keinginan ini tergambar di dalam hatinya saat sakaratul maut. Biasanya, seseorang meninggal dalam kondisi yang biasa dia lakoni pada kehidupan nyatanya. Jika jelek, maka akhirnya juga jelek. Semoga Allah melindungi kita dari keduanya.

SEBAB-SEBAB SU’UL KHATIMAH

Dari uraian ini, maka nampak jelas, bahwa penyebab su’ul khatimah adalah lawan dari penyebab husnul khatimah yang telah disebutkan. Penyebab utamanya adalah kerosakan aqidah. Di antara penyebabnya juga adalah rakus terhadap dunia, mencarinya dengan cara-cara haram, berpaling dari jalan kebaikan, serta terus-menerus melakukan perbuatan maksiat.

PENUTUP

Semoga Allah melindungi kita dari su’ul khatimah. Seseorang yang amalan lahirnya baik, serta batinnya juga sentiasa bersama Allah, jujur dalam perkataan dan perbuatan, maka dia tidak akan mengalami su’ul khatimah. Sebaliknya, su’ul khatimah akan dialami oleh orang yang aqidahnya rosak, amalan lahirnya rosak, berani melakukan dosa-dosa besar, bahkan mungkin ia melakukan itu sampai ajal menjemput tanpa sempat bertaubat.

Kerana itu, selayaknya bagi orang yang berakal agar mewaspadai ketergantungan hatinya terhadap perbuatan-perbuatan haram, dan mengharuskan hati, lisan serta anggota badannya untuk mengingat Allah dan tetap taat kepada Allah dimanapun berada.

Ya Allah, jadikanlah amal terbaik kami sebagai penutup amal kami. Jadikanlah umur terbaik kami sebagai akhirnya. Dan jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari kami menjumpai-Mu

Ya Allah, berilah taufik kepada kami untuk melaksanakan berbagai kebaikan dan menjauhi semua kemungkaran.

_____________________________________________________________________________
Dipetik dari Majalah As-Sunnah Edisi 03/X/1427H/2006M

Monday, May 10, 2010

Bacaan Al Quran pada masa tertentu mengikut sunnah



A. Tiap-tiap pagi dan petang

1. Al-Ikhlas
- menyamai satu pertiga Al-Quran; dibaca 10 kali akan dibina sebuah istana di syurga;

2. Al-Falaq
- dibaca 3 kali untuk perlindungan dari bencana dan segala perkara yang tidak diingini;

3. An-Naas
- sama seperti A-Falaq;

4. Ayatul Kursi (Al-Baqarah - 255)
- pahalanya menyamai satu perempat Al-Quran, dibaca setiap lepas sembahyang akan dimasukkan ke syurga, setiap huruf 1000 keberkatan dan mendapat 1000 rahmat;

5. Al-Mukmin ayat 1-3
- untuk keselamatan;

6. Al-Hasyr ayat 21-24 (Juz 28 surah 59)
- apabila dibaca selepas Subuh dan Asar akan mendapat rahmat dan dijaga oleh 70,000 malaikat dan jika meninggal dunia pada malam atau siang hari itu, akan perolehi syurga.

B. Tiap-tiap malam

1. Yaasin (Juz 22 & 23 surah 36)
- Hati Al-Quran, pembacanya akan mendapat keredhaan Allah, keampunan dosa; jika dibaca atas seseorang yang hampir mati akan memudahkan pertemuannya dengan Allah; jika dibaca atas kubur akan diringankan siksa kubur, diberi 80 rahmat kepada pembaca dan diberi Allah akannya perkara-perkara yang menyukakannya.
2. Ad-Dhukhan (Juz 25 surah 44)
- pembaca akan mendapati 7000 malaikat memohon ampun ke atasnya; jika dibaca pada malam atau hari Jumaat akan diberi sebuah rumah di syurga.
3. Al-Qiyamah (Juz 29 surah 75)
4. Al-Zalzalah (juz 30 surah 99)
- pahala membaca seumpama separuh Al-Quran.
5. Al-Ikhlas
6. Al-Imran ayat 190-200 (juz 4 surah 3)
- dibaca pada malam hari akan diberi pahala beribadat separuh malam.
7. Al-Baqarah ayat 284-286 (Juz 2 surah 1)
- diberi pahala beribadat separuh malam dan dijauhi gangguan syaitan dan segala bencana.
C. Sebelum tidur

1. Al-Fatihah
- pahala membacanya memenuhi timbangan amal, menutup segala pintu neraka, dikatakan sama dengan dua pertiga Al-Quran dan 70 kali ganda ayat lain;
2. Bismillah
- dibaca 21 kali sebelum tidur akan memberi keselamatan kepadanya; setiap huruf diberi 4000 kebajikan dan dihapuskan 4000 kejahatan dan diangkat 4000 darjat;
3. Al-Mulk (Juz 29 surah 67)
- diberi syufaat dan diampunkan dosa, pahala sama 60 kebajikan dan dijauhi seksa kubur;
4. As Sajdah (juz 21 surah 32)
- diberi naungan di hari Kiamat; 60 darjat daripada surah lain;
5. Al Kaafirun
- menyamai satu perempat Al-Quran, akan dilepaskan dari azab neraka.

D. Bacaan pada setiap malam dan siang

1. Yassin;
2. Al Mulk;
3. Al Waaqiah - (Juz 27 surah 56) - dijauhi kepapaan;
4. Ad Dukhan
E. Tingkatan pembaca Al-Quran
1. Jutawan - membaca 300 hingga 1000 ayat setiap malam;
2. Jayawan - membaca 200 hingga 299 ayat;
3. Setiawan - membaca 100 hingga 199 ayat;
4. Pemelihara - membaca 50 hingga 99 ayat;
5. Yang ingat - membaca 10 hingga 49 ayat;
6. Yang lalai - membaca 0 hingga 9 ayat.

E. Keutamaan surah-surah lain
1. Ali-Imran
- jika dibaca bersama Al Baqarah akan mendapat pembelaandi hari kiamat dan dikira sebaik-baik perbendaharaan; jika dibaca pada hari Jumaat akan didoakan oleh malaikat sehingga malamnya;

2. Al-Hasyr
- jika dibaca sebelum tidur dan mati pada malam itu,mendapat pahala mati syahid.

3. A'la (juz 30 surah 100)
- menyamai separuh Al-Quran;

4. An Nasr (juz 30 surah 110)
- menyamai seperempat Al-Quran;

(Dipetik dari buku "Amalan harian sepanjang zaman" oleh Al Ustaz Dato' Hj.Ismail Kamus)