Monday, July 29, 2013
Istriku Bukan Bidadari, Tapi Aku Pun Bukan Malaikat
Alhamdulillah, salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan sahabatnya.
Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama mengarungi
bahtera rumah tangga?
Semulus dan seindah yang Anda bayangkan dahulu?
Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”
Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda, “Ya,” bahkan lebih indah daripada yang saya bayangkan sebelumnya.
Saudaraku, kehidupan rumah tangga memang penuh dengan dinamika,
lika-liku, dan pasang surut. Kadang Anda senang, dan kadang Anda
bersedih. Tidak jarang, Anda tersenyum di hadapan pasangan Anda, dan
kadang kala Anda cemberut dan bermasam muka.
Bukankah demikian, Saudaraku?
Berbagai tantangan dan tanggung jawab dalam rumah tangga senantiasa
menghiasi hari-hari Anda. Semakin lama umur pernikahan Anda, maka
semakin berat dan bertambah banyak perjuangan yang harus Anda tunaikan.
Tanggung jawab terhadap putra-putri, pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan lain sebagainya.
Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan Anda ialah tanggung jawab terhadap pasangan hidup Anda.
Sebelum menikah, sah-sah saja Anda sebagai calon suami membayangkan
bahwa pasangan hidup Anda cantik rupawan, bangsawan, kaya raya, patuh,
pandai mengurus rumah, penyayang, tanggap, sabar, dan berbagai gambaran
indah.
Bukankah demikian, Saudaraku?
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Biasanya, seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan:
harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka,
hendaknya engkau lebih memilih wanita yang beragama, niscaya engkau
beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits ini dengan berkata, “Empat
pertimbangan inilah yang biasanya mendorong seorang lelaki untuk
menikahi seorang wanita. Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar
tentang fakta yang terjadi di masyarakat, dan bukan perintah untuk
menjadikannya sebagai pertimbangan. Secara tekstual pun, hadits ini
menunjukkan bahwa dibolehkan menikahi seorang wanita dengan keempat
pertimbangan itu. Akan tetapi, hendaknya pertimbangan agama lebih
didahulukan.”
Keterangan al-Qurthubi ini semakna dengan hadits yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr al-’Ash radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ
يُرْدِيَهُنَّ وَلاَ تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى
أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى
الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
‘Janganlah engkau menikahi wanita hanya karena kecantikan
parasnya, karena bisa saja parasnya yang cantik menjadikannya sengsara.
Jangan pula engkau menikahinya karena harta kekayaannya, karena bisa
saja harta kekayaan yang ia miliki menjadikan lupa daratan. Akan tetapi,
hendaklah engkau menikahinya karena pertimbangan agamanya. Sungguh,
seorang budak wanita berhidung pesek dan berkulit hitam, tetapi ia patuh
beragama, lebih utama dibanding mereka semua.’” (Hr.
Ibnu Majah; oleh al-Albani dinyatakan sebagai hadits yang lemah)
Akan tetapi, sekarang, setelah Anda menikah, terwujudkah seluruh impian dan gambaran yang dahulu terlukis dalam lamunan Anda?
Bila benar-benar seluruh impian Anda terwujud pada pasangan hidup
Anda, maka saya turut mengucapkan selamat berbahagia di dunia dan
akhirat. Bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati atau kecewa.
Saudaraku, besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya
menimpa Anda seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan umat manusia.
عَنْ أَبِى مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ
يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ
بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ
الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
Abu Musa radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Banyak lelaki yang berhasil menggapai kesempurnaan, sedangkan tidaklah
ada dari wanita yang berhasil menggapainya kecuali Asiyah istri Fir’aun
dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya, kelebihan Aisyah dibanding wanita
lainnya bagaikan kelebihan bubur daging [1] dibanding makanan lainnya.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah dengan pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup Anda adalah wanita terbaik untuk Anda!
Anda tidak percaya? Silakan Anda membuktikannya. Bacalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, lalu terapkanlah pada istri Anda.
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Tidak pantas bagi lelaki yang beriman untuk meremehkan wanita
yang beriman. Bila ia tidak menyukai satu perangai darinya, pasti ia
puas dengan perangainya yang lain.” (Hr. Muslim)
Saudaraku, Anda kecewa karena istri Anda kurang pandai memasak? Tidak
perlu khawatir, karena ternyata istri Anda adalah penyayang.
Anda kurang puas dengan istri Anda yang kurang pandai mengurus rumah
dan kurang sabar? Tidak usah berkecil hati, karena ia begitu cantik
rupawan.
Anda berkecil hati karena istri Anda kurang cantik? Segera besarkan
hati Anda, karena ternyata istri
Anda subur sehingga Anda mendapatkan
karunia keturunan yang shalih dan shalihah. Coba Anda bayangkan, betapa
besar penderitaan Anda bila Anda menikahi wanita cantik akan tetapi
mandul.
Demikianlah seterusnya.
Tidak etis dan tidak manusiawi bila Anda hanya pandai mengorek
kekurangan istri, namun Anda tidak mahir dalam menemukan
kelebihan-kelebihannya. Buktikan Saudaraku, bahwa Anda benar-benar
seorang suami yang berjiwa besar, sehingga Anda peka dan lihai dalam
membaca kelebihan pasangan Anda.
Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu peka dan mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana hati istrinya. Aisyah mengisahkan,
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنِّي
لَأَعْلَمُ إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً، وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى
. قَالَتْ: فَقُلْتُ مِنْ أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ، فَقَالَ: أَمَّا إِذَا
كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِيْنَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ،
وَإِذَا كُنْتِ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ. قَالَتْ: قُلْتُ
أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ
“Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila engkau ridha
kepadaku, demikian pula bila engkau sedang marah kepadaku.’ Spontan,
Aisyah bertanya, ‘Darimana engkau dapat mengetahui hal itu?’ Rasulullah
menjawab, ‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika engkau
bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad. Adapun bila
engkau sedang dirundung amarah, maka ketika engkau bersumpah, engkau
berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini, Aisyah
menimpalinya dan berkata, ‘Benar, sungguh demi Allah, wahai Rasulullah,
ketika aku marah, tiada yang aku tinggalkan, kecuali namamu saja.’” (Muttafaqun ‘alaihi)
Demikianlah teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau begitu peka dengan suasana hati istrinya, sehingga beliau bisa
membaca isi hati istrinya dari ucapan sumpahnya. Walaupun Aisyah
berusaha untuk menyembunyikan isi hatinya, tetap bermanis muka,
senantiasa berada di sanding
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berbicara seperti biasa, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dapat menebak suasana hatinya dari perubahan cara bersumpahnya. Luar
biasa, perhatian, kejelian, dan kepekaan yang tidak ada bandingnya.
Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Orang terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik dalam
memperlakukan istrinya, dan aku adalah orang terbaik di antara kalian
dalam memperlakukan istriku.” (Hr. At-Tirmidzi)
Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa Anda dapat mengenali dan meraba suasana hati pasangan Anda?
Saudaraku, tidak ada salahnya bila sejenak Anda kembali memutar
lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah
dalam benak Anda. Selanjutnya, bandingkan gambaran istri idaman Anda
dengan gambaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaum wanita berikut ini,
الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin
meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah, dan bila engkau
bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang
dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسْتَقِيمُ لَكَ الْمَرْأَةُ عَلَى خَلِيقَةٍ وَاحِدَةٍ وَإِنَّمَا
هِيَ كَالضِّلَعُ إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَتْرُكْهَا
تَسْتَمْتِعْ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Tidak mungkin istrimu kuasa bertahan dalam satu keadaan.
Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk. Bila engkau ingin
meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah. Adapun bila engkau
biarkan begitu saja, maka engkau dapat bersenang-senang dengannya,
(tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.” (Hr. Ahmad)
Nah, sekarang, silakan Anda mengorek memori Anda tentang wanita
pendamping hidup Anda. Temukan berbagai kelebihan padanya, dan
selanjutnya tersenyumlah, karena ternyata istri Anda memiliki banyak
kelebihan.
Lalu, bila pada suatu hari Anda merasa tergoda oleh kecantikan wanita
lain, maka ketahuilah bahwa sesuatu yang dimiliki oleh wanita itu
ternyata juga telah dimiliki oleh istri Anda. Maka, bergegaslah untuk
membuktikan hal ini pada istri Anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا
“Bila engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka
segeralah datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal
yang dimiliki oleh wanita yang engkau lihat itu.” (Hr. At-Tirmidzi)
Demikianlah caranya agar Anda dapat senantiasa puas dan bangga dengan
pasangan hidup Anda. Anda selalu dapat merasa bahwa ladang Anda tampak
hijau, sehijau ladang tetangga, dan bahkan lebih hijau.
Selamat berbahagia dengan pasangan hidup yang telah Allah karuniakan
kepada Anda. Semoga Allah memberkahi bahtera rumah tangga Anda.
Sebaliknya, sebagai calon istri, Anda juga berhak untuk mendambakan
pasangan hidup yang tampan, gagah, kaya raya, pandai, berkedudukan
tinggi, penuh perhatian, setia, penyantun, dermawan, dan lain
sebagainya.
Betapa indahnya gambaran rumah tangga Anda, dan betapa istimewanya
pasangan hidup Anda, andai gambaran Anda ini dapat terwujud. Bukankah
demikian, Saudariku?
Saudariku, setelah Anda menikah, benarkah seluruh kriteria suami
ideal yang pernah menghiasi lamunan Anda ini terwujud pada pasangan
hidup Anda?
Bila benar terwujud, maka saya ucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat, dan bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati.
Besarkan hatimu, wahai Saudariku! Percayalah, bahwa pada pasangan hidup Anda ternyata terdapat banyak kelebihan.
Bila selama ini, Saudari ciut hati karena suami Anda miskin harta,
maka tidak perlu khawatir, karena ia penuh dengan perhatian dan tanggung
jawab.
Bila selama ini, Saudari kecewa karena suami Anda ternyata kurang tampan, maka percayalah bahwa ia setia dan bertanggung jawab.
Andai selama ini, Saudari kurang puas karena suami Anda kurang
perhatian dengan urusan dalam rumah, tetapi ia begitu membanggakan dalam
urusan luar rumah.
Juga, andai selama ini, sikap suami Anda terhadap Anda kurang
simpatik, maka tidak perlu hanyut dalam duka dan kekecawaan, karena ia
masih punya jasa baik yang tidak ternilai dengan harta.
Ternyata, selama
ini, suami Anda telah menjaga kehormatan Anda, menjadi penyebab Anda
merasakan kebahagiaan menimang putra-putri Anda.
Saudariku, Anda tidak perlu hanyut dalam kekecewaan karena suatu hal
yang ada pada diri suami Anda. Betapa banyak kelebihan-kelebihan yang
ada padanya. Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup rumah tangga
bersamanya.
Berlarut-larut dalam kekecewaan terhadap suatu perangai suami Anda
dapat menghancurkan segala keindahan dalam rumah tangga Anda. Bukan
hanya hancur di dunia, bahkan berkelanjutan hingga di akhirat kelak.
Saudariku, simaklah peringatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini. Agar anda dapat menjadikan bahtera rumah tangga Anda seindah dambaan Anda.
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ،
قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ،
وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ
ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku diberi kesempatan untuk menengok ke dalam neraka, dan
ternyata kebanyakan penghuninya ialah para wanita, akibat ulah mereka
yang selalu kufur/ingkar.” Spontan, para shahabat bertanya, “Apakah yang
engkau maksud adalah mereka kufur/ingkar kepada Allah?” Beliau
menjawab, “Mereka terbiasa ingkar terhadap perilaku baik, dan ingkar
terhadap jasa baik. Andai engkau berbuat baik kepada mereka seumur
hidupmu, lalu ia mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka begitu
mudah berkata, ‘Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun
darimu.’” (Muttafaqun ‘alaihi)
Anda mendambakan kebahagian dalam rumah tangga?
Temukanlah bahwa kebahagian hidup dan berumah tangga terletak pada genggaman tangan suami Anda.
Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda rela membentangkan
kedua telapak tangannya, dan memberikan kebahagian berumah tangga kepada
Anda.
Percayalah Saudariku, suami Anda adalah pasangan terbaik untuk Anda.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ
فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ
أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Bila seorang istri telah mendirikan shalat lima waktu, berpuasa
bulan Ramadan, menjaga kesucian dirinya, dan taat kepada suaminya,
niscaya kelak akan dikatakan kepadanya, ‘Silakan engkau masuk ke surga
dari pintu mana pun yang engkau suka.’” (Hr. Ahmad dan lainnya)
Tidakkah Anda mendambakan termasuk orang-orang mukminah yang mendapatkan kebebasan masuk surga dari pintu yang mana pun?
Kunci Keberhasilan Rumah Tangga
Saudaraku, mungkin selama ini Anda bersama pasangan hidup Anda, terus
berusaha mencari pola rumah tangga yang dapat mendatangkan kebahagiaan
untuk Anda berdua.
Anda berhasil menemukannya?
Bila Anda berhasil, maka saya ucapkan selamat berbahagia. Adapun bila
belum, maka segera temukan kunci keberhasilan rumah tangga Anda pada
firman Allah berikut,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan
satu tingkat daripada istrinya.” (Qs. al-Baqarah: 228)
Hak pasangan Anda setimpal dengan kewajiban yang ia tunaikan kepada
Anda. Semakin banyak Anda menuntut hak Anda, maka semakin banyak pula
kewajiban yang harus Anda tunaikan untuknya.
Shahabat Abdullah bin ‘Abbas memberikan contoh nyata dari aplikasi
ayat ini dalam rumah tangganya. Pada suatu hari, beliau berkata,
“Sesungguhnya, aku senang untuk berdandan demi istriku, sebagaimana aku
pun senang bila istriku berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah
berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’
Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku, karena Allah juga telah berfirman,
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
‘Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.’” (Hr. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)
Bagaimana dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku? Kapankah Anda
berdandan? Ketika sedang berada di rumah atau ketika hendak keluar
rumah? Selama ini, sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda
berdandan untuk pasangan Anda, ataukah Anda berdandan dan tampil menawan
untuk orang lain?
Saudaraku, bahu-membahu, saling melengkapi kekurangan, dan saling
pengertian adalah salah satu prinsip dasar dalam membangun rumah tangga.
Tidak layak bagi Anda untuk berperan sebagai penonton setia ketika
pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya. Usahakan sebisa Anda
untuk turut menyelesaikan pekerjaannya. Demikianlah, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam rumah tangga beliau.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,
كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan
sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan
dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)
Constance Gager, ketua studi sekaligus asisten profesor di Montclair
State University, Montclair, New Jersey, mengadakan penelitian tentang
hubungan perilaku suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia
mengelompokkan para suami yang menjadi objek penelitiannya ke dalam dua
kelompok.
Kelompok pertama adalah suami-suami yang tidak peduli dan jarang
membantu pekerjaan istri.
Kelompok kedua adalah suami-suami yang sering
turut serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga istri.
Hasilnya luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang sering
membantu pekerjaan istrinya, terbukti lebih romantis dan lebih sering
memadu cinta dengan pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah,
begitu kental dalam rumah tangga mereka.
Sejatinya, penemuan ini bukanlah hal baru, karena secara logika, suami yang dengan rendah hati membantu pekerjaan istrinya pastilah lebih dicintai oleh istrinya. Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan keromantisan suami-istri dalam bercinta.
Sebaliknya, istri yang peduli dengan pekerjaan suami, pun akan mengalami hal yang sama.
Nah, bagaimana dengan diri Anda, wahai Saudaraku?
Selamat membuktikan resep manjur ini! Semoga berbahagia, dan hubungan Anda berdua semakin romantis dan harmonis.
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi Anda. Mohon maaf bila
ada kata-kata yang kurang berkenan. Wallahu a’lam bish-shawab.
Penulis: Ustadz Arifin Badri, Lc., M.A.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment