Nafsu ammarah adalah dorongan untuk melakukan pelanggaran, kejahatan dan kemaksiatan. Karena itu tidak ada manusia yang steril dari dosa.
Nafsu Ammarah Meliputi sifat-sifat seperti Banyak makan, banyak tidur, banyak kawin, .yang diistilahkan nafsu kebinatangan manusia, niscaya gerak hidupnya seperti binatang, sifat-sifatnya selalu cenderung berbuat maksiat baik lahir maupun batin, maksiat batin adalah kekejihan yang tersembunyi didalam jiwa,sebagaimana firman Allah (QS. 12 ayat 53) “Dan aku tidak membebaskan diriku( dari kesalahan), karena sesengguhnya (nafsu Ammarah) selalu menyuruh kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Nafsu lawwamah adalah disebut sebagai nafsu setan yang mendekam pada diri manusia, ia selalu membisikan dan mengajak untuk berbuat keji. Adapun ciri-ciri orang yang jiwanya dikuasai nafsu Lawwamah ialah : watak dan jiwanya di kuasai kefasikan. yaitu nafsu yang suka mengoreksi ketika ia melakukan dosa atau kemaksiatan tapi berkhianat atau berbohong pada dirinya sendiri misalnya, Mengetahui dan menyesali bahwa perbuatanya salah tapi masih mengulangi lagi perbuatan tersebut, siapa yang pertama kali mengingatkan bahwa perbuatan tersebut salah? Tentunya diri kita sendiri. Inilah yang disebut dengan nafsu lawwamah.Allah berfirman dalam(QS 75 Al-Qiyamah ayat 2) “Dan aku bersumpah dengan jiwa (nafsu) yang amat menyesali (dirinya).
Nafsu muthmainnah adalah dorongan untuk berbuat kebaikan. Jiwa merasa tenang dan tenteram kalau melaksanakan aturan-aturan Allah SWT dan berbuat berbagai kebajikan. Manusia yang paling bejat sekalipun memiliki nafsu muthmainnah. Karenanya, sebejat-bejatnya manusia pasti pernah berbuat kebaikan. Hakikatnya, manusia itu haniif (cenderung pada kebaikan), karena itu manusia akan merasa tenang, tenteram, dan bangga kalau sudah berbuat kebaikan. Sebaliknya, ia merasa gelisah dan menyesal bila melakukan pelanggaran dan dosa. Sebagaimana dalam (QS.89 Al-fajr: ayat 27,28,29,30)” “Hai jiwa yang tenang( nafsu mutmainnah) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoiNya, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaku dan masuklah ke dalam Surgaku).”
Ketiga macam nafsu ini selalu berkompetisi. Apabila nafsu muthmainnah memenangkan persaingan, akan lahir perbuatan baik dan mulia. Namun, kalau nafsu ammarah yang memenangkannya, akan lahir perbuatan nista dan maksiat. Shaum Ramadhan melatih jiwa manusia agar bisa mengendalikan nafsu ammarah, bahkan bisa menundukkannya, sehingga yang dominan dalam diri kita adalah nafsu muthmainnah.
Kalau kita klasifikasi, paling tidak ada lima tipe orang yang terjerumus dosa. Pertama, orang yang suka meremehkan dosa, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, ''Janganlah meremehkan dosa, karena dosa tersebut akan berkumpul dan mencelakakannya.'' (HR Thabrani dan Baihaqi). Kedua, orang yang suka menunda tobat. Artinya tobat hanya sebatas rencana dan cita-cita, tetapi tidak direalisasikan .Ketiga, orang yang mau bertobat kalau ditimpa kesusahan atau musibah. Orang seperti ini baru merasa butuh maghfirah Allah kalau dia sudah terpuruk (QS Fushshilat [41]: 51)” Dan apabila kami memberikan nikmat kepada manusia , ia berpaling dan menjauhkan diri ,tetapi iapabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa”. Keempat, orang yang putus asa dari ampunan Allah, sehingga merasa ''kepalang dosa'' (QS Azzumar [39]: 53).” Katakanlah ; Hai hamba-hambaku yang melampoi batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” Kelima, orang yang sadar akan dosanya dan yakin akan ampunan atau maghfirah Allah SWT sehingga bersungguh-sugguh dalam bertobat. Inilah tipe yang paling ideal dan inilah ciri orang takwa.
0 comments:
Post a Comment